Monday, April 25, 2016

BUDAYA BURUH  : BAGIAN 1


            Budaya buruh adalah pola pikir dan perilaku individu dalam upaya memperoleh upah yang layak. Buruh menyadari bahwa tenaga dan pikirannya adalah barang dagangan yang dijual di pasar tenaga kerja. Upah merupakan harga yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran[1]. Manusia memiliki kebutuhan materil yang merupakan kebutuhan primer dalam hidupnya seperti sandang, pangan, dan papan. Selain kebutuhan materil, manusia juga memiliki kebutuhan spirituil dan kebutuhan sekunder untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan pengembangan jiwa serta pikiran. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan manusia harus seimbang, disamping terpenuhinya kebutuhan primer juga terpenuhi kebutuhan sekunder dan kebuthan jiwa seperti hiburan dan  memperoleh  pendidikan. Kebutuhan materill sebagai kebutuhan primer bersifat mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Sedangkan kebutuhan sekunder dan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan relatif. Namun demikian, kebutuhan sekunder dan kebutuhan spiritual tetap penting dan diperlukan  bagi  kehidupan manusia yang lebih baik.
            Kebutuhan materil manusia dapat diperoleh dengan cara bekerja atau melakukan produksi. Manusia adalah makhluk berakal, dengan kemampuannya, manusia dapat mengubah obyek alam maupun sosial menjadi barang-barang dan jasa, atau lainnya yang bermanfaat bagi manusia. Dalam proses produksi, manusia perlu melakukan hubungan dengan manusia lain yang disebut dengan hubungan produksi. Oleh karena itu, produksi bersifat sosial, karena dalam menghasilkan suatau barang/jasa  merupakan hasil kerjasama di antara manusia. Oleh karena itu, menurut Marx, produksi pada hakikatnya menjadi milik bersama  untuk kepentingan bersama.
Hubungan produksi itu sendiri terdapat dua macam bentuk yakni hubungan produksi kerja sama dan hubungan produksi kerja penindasan[2]. Hubungan produksi kerja sama dilakukan secara sukarela  untuk kepentingan bersama, hasilnya milik bersama dan digunkan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama. Sedangkan hubungan kerja penindasan terbentuk secara terpaksa, untuk kepentingan sepihak atau perseorangan, hasil produksi menjadi milik kaum penindas untuk memenuhi kebutuhan hidup kaum penindas. Bentuk dan sifat hubungan produksi ditentukan oleh bentuk dan sifat kepemilikannya atas alat-alat produksi tersebut, bukan ditentukan oleh tenaga produktifnya. Dalam hubungan produksi dimana alat produksinya milik bersama seluruh masyarakat, berlangsung hubungan produksi kerjasama yang bersifat sosialis. Pada masyarakat sosialis, hasilnya menjadi milik bersama, semua pekerja mendapatkan bagian sesuai dengan hasil kerjanya. Sedangkan pada masyarakat komunis, semua pekerja mendapatkan bagian hasil kerja sesuai dengan kebutuhannya. Dalam hubungan produksi dimana alat produksinya sebagai milik perseorangan, berlangsung hubungan produksi kerja penindasan yang bersifat penghisapan seperti yang berlangsung di dalam masyarakat pemilikan budak, masyarakat feodal, dan masyarakat kapitalis. Di dalam masyarakat pemilik budak, alat produksi milik tuan, dan hasil kerja para budak menjadi milik tuan, para budak tidak mendapat bagian sama sekali. Di dalam masyarakat feodal, alat produksi milik tuan, dan hasil kerja petani menjadi milik tuan tanah. Kaum tani hanya mendapat bagian yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan di masyarakat kapitalis, alat produksi milik tuan kapitalis, dan hasil kerja kaum buruh menjadi milik tuan kapitalis, kaum buruh mendapat bagian yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan pemilikan alat produksi sebagaimana penjelasan di atas, maka faktor pertukaran dan distribusi hasil produksi sangat ditentukan oleh pemilikan alat produksi. Artinya, barang siapa yang memiliki alat produksi maka merekalah yang menentukan pertukaran dan distribusi hasil produksi. Beda halnya dengan masyarakat komunal primitif. Dalam masyarakat komunal primitif, alat produksi menjadi milik kolektif, oleh karena itu berlangsunglah sistem ekonomi kolektif. Proses dan hubungan produksi dalam kehidupan ekonomi dan sosial dapat dilihat pada gambar berikut ini :


  



 Sumber : Darsono, 2009: 349



[1] Darsono. 2009. Budaya Organisasi. Jakarta: Nusantara Consulting, hal 343
[2] Ibid hal. 344

No comments:

Post a Comment

PROSES PEMBELAJARAN DAN PRAKTEK SCL

             Belajar bukan sekedar mendapat pengetahuan, tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada analisis yang kritis, krea...