BURUH DALAM BUDAYA EKONOMI
KAPITALIS
Kegiatan
ekonomi kapitalis hanya bertujuan mencari keuntungan. Pola pikir mereka
hanyalah perhitungan untung-rugi. Semua milikinya diusahakan menjadi kapital
dan komoditi dalam rangka mencari keuntungan. Dalam budaya ekonomi kapitalis,
buruh/pekerja menjadi obyek manakala ia diberdayakan oleh para pemilik modal.
Pengusaha yang memiliki modal bertindak sebagai subyek yang dapat menentukan
pranata dan nilai sosial. Sedangkan manusia pekerja hanya bisa menjual
kemampuannya dengan sistem kerja upahan. Kehidupan kaum buruh/pekerja
ditentukan oleh upah yang diterima dari kaum pemilik modal. Oleh karena itu,
kemiskinan merupakan ciri utama sebagian masyarakat pekerja karena mereka tidak
memiliki modal dan makin lama modal makin memusat ke tangan segelintir orang.
Oleh karena itu, ada yang megatakan
bahwa kekuasaan tertinggi dalam masyarakat adalah kaum pemilik modal. Banyak peraturan
perundang-undangan yang dibuat penguasa negara untuk melindungi pemilik modal. Negara
hanya dijadikan alat kaum pemilik modal untuk memperoleh keuntungan baik lokal,
nasional, maupun secara internasional. Meskipun kelompok pekerja/buruh diberi
kebebasan untuk berbicara dan berorganisasi, aksi yang dilakukan sepanjang
tidak mengganggu kepentingan para pemilik modal, hal ini disebabkan karena
kelompok kapital yang mengerakan perekonomian. Sistem ini pada akhirnya
melahirkan konflik yang berkepanjangan, tak terdamaikan antara kelompok
kapitalis dengan kaum buruh/pekerja.
Kondisi buruh dalam sistem kapitalisme
dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
(1) Buruh di negara-negara industri maju
kapitalis seperti di Kanada, AS, Jepang, Jerman, Italia, Perancis, dan Inggris.
(2) Buruh di negara feodal-kapitalisme
yang sangat miskin karena negara-negara tersebut secara terselubung “dijajah”
oleh negara-negara industri kapitalis maju.
Baik
di negara-negara industri kapitalis maju maupun di negara-negara
feodal-kapitalisme, kondisi buruh memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut[1] :
a. Sebagai
alat untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan
b. Manusia
diprogram seperti robot; yang dihargai adalah prestasi kerjanya, bukan kemanusiaannya
c. Manusia
dipreteli kemanusiaannya melalui berbagai program kerja hingga terasing
(alienasi) dengan :
-
Lingkungan
kerja : buruh hanya sebagai alat produksi
-
Lingkungan
sosial : komunikasi dengan masyarakat sekitarnya terbatas karena waktunya habis
untuk bekerja
- Lingkungan
politik : buruh apatis terhadap kehidupan politik karena mereka disimpit oleh
kemiskinan sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam
politik.
- Dirinya
sendiri : buruh hidup seperti robot yang menjalankan alat kerja sehingga mereka
sendiri tidak tau keberadaannya.
d. Kebutuhan
hidup pokok tidak terpenuhi, karena kaum kapitalis hanya membayar upah untuk
mengganti energi yang dikeluarkan
e.
Struktur
pekerja terdiri atas manajer puncak, manajer madya, manajer lini, dan pekerja
f. Manajer
puncak, madya dan lini tercukupi kebutuhannya pokoknya secara layak, sedangkan
kelompok pekerja/buruh tetap miskin, menderita, dan sengsara
g. Terjadi
proses pemiskinan struktural
Karakteristik buruh seperti diatas
karena hakikatnya, tujuan perusahaan hanya
mengejar keuntungan dan memaksimumkan nilai
perusahaan.
No comments:
Post a Comment