Wednesday, April 27, 2016

BURUH DALAM BUDAYA EKONOMI KAPITALIS


            Kegiatan ekonomi kapitalis hanya bertujuan mencari keuntungan. Pola pikir mereka hanyalah perhitungan untung-rugi. Semua milikinya diusahakan menjadi kapital dan komoditi dalam rangka mencari keuntungan. Dalam budaya ekonomi kapitalis, buruh/pekerja menjadi obyek manakala ia diberdayakan oleh para pemilik modal. Pengusaha yang memiliki modal bertindak sebagai subyek yang dapat menentukan pranata dan nilai sosial. Sedangkan manusia pekerja hanya bisa menjual kemampuannya dengan sistem kerja upahan. Kehidupan kaum buruh/pekerja ditentukan oleh upah yang diterima dari kaum pemilik modal. Oleh karena itu, kemiskinan merupakan ciri utama sebagian masyarakat pekerja karena mereka tidak memiliki modal dan makin lama modal makin memusat ke tangan segelintir orang.

          Oleh karena itu, ada yang megatakan bahwa kekuasaan tertinggi dalam masyarakat adalah kaum pemilik modal. Banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat penguasa negara untuk melindungi pemilik modal. Negara hanya dijadikan alat kaum pemilik modal untuk memperoleh keuntungan baik lokal, nasional, maupun secara internasional. Meskipun kelompok pekerja/buruh diberi kebebasan untuk berbicara dan berorganisasi, aksi yang dilakukan sepanjang tidak mengganggu kepentingan para pemilik modal, hal ini disebabkan karena kelompok kapital yang mengerakan perekonomian. Sistem ini pada akhirnya melahirkan konflik yang berkepanjangan, tak terdamaikan antara kelompok kapitalis dengan kaum buruh/pekerja.

          Kondisi buruh dalam sistem kapitalisme dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
(1)  Buruh di negara-negara industri maju kapitalis seperti di Kanada, AS, Jepang, Jerman, Italia, Perancis, dan Inggris.
(2)  Buruh di negara feodal-kapitalisme yang sangat miskin karena negara-negara tersebut secara terselubung “dijajah” oleh negara-negara industri kapitalis maju.

Baik di negara-negara industri kapitalis maju maupun di negara-negara feodal-kapitalisme, kondisi buruh memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut[1] :
a.     Sebagai alat untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan
b.   Manusia diprogram seperti robot; yang dihargai adalah prestasi kerjanya, bukan kemanusiaannya
c.     Manusia dipreteli kemanusiaannya melalui berbagai program kerja hingga terasing (alienasi) dengan :
-          Lingkungan kerja : buruh hanya sebagai alat produksi
-          Lingkungan sosial : komunikasi dengan masyarakat sekitarnya terbatas karena waktunya habis untuk bekerja
-     Lingkungan politik : buruh apatis terhadap kehidupan politik karena mereka disimpit oleh kemiskinan sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam politik.
-   Dirinya sendiri : buruh hidup seperti robot yang menjalankan alat kerja sehingga mereka sendiri tidak tau keberadaannya.
d.     Kebutuhan hidup pokok tidak terpenuhi, karena kaum kapitalis hanya membayar  upah untuk mengganti energi yang dikeluarkan
e.    Struktur pekerja terdiri atas manajer puncak, manajer madya, manajer lini, dan  pekerja
f.      Manajer puncak, madya dan lini tercukupi kebutuhannya pokoknya secara layak,  sedangkan kelompok pekerja/buruh tetap miskin, menderita, dan sengsara
g.       Terjadi proses pemiskinan struktural

Karakteristik buruh seperti diatas karena hakikatnya, tujuan  perusahaan hanya mengejar keuntungan dan memaksimumkan  nilai perusahaan.



[1] Darsono. 2009. Budaya Organisasi. Jakarta : Nusantara Consulting

No comments:

Post a Comment

PROSES PEMBELAJARAN DAN PRAKTEK SCL

             Belajar bukan sekedar mendapat pengetahuan, tetapi juga mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada analisis yang kritis, krea...