KONSEP TENTANG MANUSIA
Manusia
adalah makhluk yang menjadi sentral pembahasan berbagai masalah. Dalam dirinya
selalu ada pertentangan ataupun pencarian jati diri tentang arti dan peranan
dari keberadaannya. Manusia akan selalu menghadapi atau berdiri diatas tumpukan
masalah. Jika satu masalah dipecahkan, maka akan muncul atau masalah alain
diciptakan. Hal ini karena manusia merupakan makhluk pencipta sekaligus pemecah
masalah[1].
Manusia juga adalah makhluk yang
tidak mudah puas, bahkan tidak pernah puas. Manusia adalah makhluk yang
berkonflik baik konflik dengan dirinya sendiri, orang lain, maupun dengan
lingkungannya. Manusia berkonflik dengan
dirinya, yang terjadi bilamana kehendaknya tidak segera terwujud, disisi
lain pikirannya
selalu menuntut tindakan rasional, sedangkan kata hati tidak selalu sama dengan
kehendaknya[2].
Manusia hidup berhubungan dengan
lingkungan. Manusia pun berkonflik dengan lingkungan. Konflik dengan lingkungan
disebabkan karena manusia selalu ingin mengolah dan memanfaatkan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya[3].
Setiap manusia memiliki pandangan
hidup yaitu pandangan tentang dunia diluarnya dan pandangan tentang dirinya.
Terdapat dua pandangan yang dipegang manusia, yaitu pandangan idealisme dan
pandangan obyektivisme. Pandangan idealisme adalah bahwa fikiran sebagai faktor
pokok yang menentukan keberadaan dirinya, sedangkan pandangan obyektivisme
adalah bahwa kondisi obyektif sebagai faktor pokok yang menentukan
keberadaannya. Kedua pandangan itu seharusnya tidak dipertentangkan tetapi
harus saling melengkapi. Kondisi obyektif menentukan pikiran, kemudian pikiran
menuntut tindakan manusia untuk mengelola kondisi obyektif agar menjadi lebih
bermanfaat bagi kehidupan. Jika kedua pandangan itu dipertentangkan, maka akan
terjadi krisis pemahaman[4].
Menurut Snijders (2004: 13)[5]
, manusia adalah makhluk yang selalu mempertanyakan tentang sesuatu, ia merasa
heran, bertanya dan mencari jawabannya. Jenis pertanyaan yang diajukan
menentukan jenis ilmu yang akan membantunya memperoleh jawaban. Manusia menurut Descartes (1596-1650) adalah
makhluk yang berfikir (Cogito Ergo Sum), “aku berfikir maka aku ada”. Manusia
menemukan kepastian keberadaannya karena manusia itu berpikir.
Maine de Biran (dalam Darsono,
2010: 3) menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk aku mau (volo), artinya
makhluk yang memiliki kehendak yanng ingin diwujudkan melalui tindakan.
Menurut paham eksistensialisme,
manusia adalah makhluk yang menemukan dirinya di dunia dan terarah kepada
sesamanya. Manusia dapat disebut makhluk paradok, karena manusia termasuk dalam
dunia alam sekaligus bertransendensi terhadapnya; manusia bebas dan terikat;
manusia otonom dan tergantung; manusia terbatas dan tidak terbatas; duniawi dan
ilahi, rohani dan jasmaniah[6].
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah animal rationale, artinya hewan yang
berakal budi, manusia juga adalah animal
loquens artinya makhluk yang
berbicara (Snijders, 2004 : 13-17)
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dipandang sebagai[7]
- Makhluk alamiah : makhluk yang merupakan bagian dari alam secara biologis hidup, tumbuh, berkembang dan mati secara alamiah
- Makhluk produktif : makhluk yang bekerja untuk memenhi kebutuhan hidup, dan menyempurnakan hidupnya.
- Makhluk partisipasi aktif, yaitu makhluk yang mampu dan mau bekerjasama dengan orang lain
- Makhluk kontekstualisasi progresif yaitu makhluk yang mampu memecahkan masalah sesuai denga konteksnya
- Makhluk terpesona yaitu makhluk yang terpesona oleh kekuatan alam dan ciptaannya sendiri.
- Makhluk budak yaitu makhluk yang menjadi fungsi dari hasil ciptaannya sendiri, dan takluk dan menyerahkan diri menjadi budak orang lain atau bangsa lain.
- Homo Ludens yaitu makhluk yang mampu menciptakan permainan dengan alam dan sesama manusia. Dari permainan itu dapat merusak alam dan merusak moral manusia.
- Homo faber makhluk yang mampu menciptakan peralatan kerja
- Homo Sapiens yaitu makhluk yang mampu berfikir sehingga mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Homo economicus adalah makhluk yang mencintai kekayaan dan menganggap bahwa kekayaan adalah ukuran segala-galanya
- Homo homini lupus yaitu makhluk yang saling memangsa dalam memperjuangkan kepentingannya
- Homo ekologi yaitu makhluk yang mampu bersatu dengan alam, mengolahnya dan melestarikannya. Manusia mengelola alam untuk kemakmuran bersama.
- Zoon politikon yaitu makhluk binatang yang mampu berpolitk, merebut, mempertahankan dan mewariskan kekuasaan.
- Makhluk bingung yaitu makhluk yang banyak masalah yang harus dipikirkan dan dipecahkan dan tidak diketahui mana masalah yang pokok dan yang tidak pokok.
Manusia tidak
bisa menampilkan keadaannya dirinya secara menyeluruh karena ia telah direduksi
oleh nilai-nilai sosial budaya, perangkat hukum, dan pikiran dan lingkungannya.
Namun demikian, manusia harus berjuang membentuk dirinya dengan mengerahkan
segenap pengetahuannya, agar dapat diterima baik secara sosial, lingkungan dan
tanpa harus menghilangkan idealismenya.
Kebutuhan manusia, sebagai makhluk alamiah membutuhkan makan, minum, dan atap untuk berlindung, membutuhkan hiburan agar hidupnya tidak membosankan. Manusia juga membutuhkan pendidikan dan pelatihan untuk mengembangkan kemampuannya. Makin tinggi kemampuannya, makin tinggi potensinya, dan makin tinggi pula produktivitasnya.
Dalam memenuhi kebutuhannya manusia harus bekerja. Oleh karena itu, Karl Marx memberi pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang bekerja[8]. Kerja harus mempunyai arti manusiawi. Kerja bukanlah tanda kerendahan manusia dan bukan alat pihak lain untuk mencari keuntungan. Dalam pekerjaan tercermin kualitas dan martabat manusia[9]. Pengertian ini menjadi titik tolak penghargaan dan mengukur tenaga kerja manusia.
Hidup manusia
memiliki tiga dimensi yaitu estetis, etis, dan religius[10].
Manusia yang estetik yaitu pekerjaan manusia dapat menghasilkan sesuatu yang mengagumkan. Manusia etis yaitu
manusia mampu mempertanggungjawabkan hasil pekerjaan dan keputusan yang
diambilnya, dan manusia religius, manusia yang menggantungkan nilai-nilai
spritual dalam setiap tindakan yang dilakukan dalam kehidupan.
Rousseau
mengatakan manusia harus “kembali ke alam”. Manusia dijajah oleh hasil
ciptaannya sendiri yang berupa uang, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
benda-benda lannya yang dianggap dapat membahagiakan hidupnya. Kini manusia
terperangkap dalam kehidupan modern yang mekanistis. Sehingga, manusia masuk ke
dalam jurang kehidupan yang munafik, congkak, dan korup. Seyogyanya manusia
kembali kepada jati dirinya yaitu memberi makna pada kehidupan yang nyata. Mengelola
lingkungan alam dan sosial secara bersama untuk memenuhi kebutuhan hidup
bersama.
[1] Dr.
Darsono P, SE., SF, MA, MM. 2010. Budaya Organisasi: Kajian tentang Organisasi, Budaya, Ekonomi, Sosial dan
Politik, Jakarta: Nusantara Consulting, hal. 2
[2] ibid
[3] ibid
[4] Ibid,
hal 2-3
[5]
Snijders, Adelbert .2004. Antropologi
Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
[6] Opcit
Darsono, hal. 3-4
[7] Opcit
Darsono,hal 4-5
[8] Dalam
konsepsi Marx, dalam pekerjaan semua orang menjadi saudara, dan hasil pekerjaan
menjadi milik bersama.
[9] Opcit
Darsono, hal. 7
[10] Opcit
Darsono, hal. 7
No comments:
Post a Comment